Kamis, 10 Maret 2011

Asam Urat



Gout arthritis (batu asam urat) merupakan suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat, sehingga kristal asam urat yang berlebihan akan menumpuk di dalam jaringan tubuh terutama di persendian. Asam urat merupakan zat sisa yang dibentuk oleh tubuh pada saat regenerasi sel (Tatiratu 2009).
Klasifikasi
Artritis adalah salah satu penyakit reumatologi nyeri somatic dan kekakuan pada sendi yang dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, genetik, factor lingkungan, dan gaya hidup. Artritis seringkali dikenal dengan peradangan atau inflamasi di persendian.
Gout arthritis terdiri dari dua jenis, yaitu gout primer dan gout sekunder. Gout primer adalah gout yang disebabkan adanya kelainan genetik maupun kelainan bawaan lain yang menyebabkan peningkatan produksi asam urat atau penurunan kemampuan ekskresi asam urat, sedangkan gout sekunder adalah gout hasil akibat dari proses penyakit lain atau akibat pengobatan tertentu. Contohnya, obat diuretik tiazid dapat menyebabkan hiperurikemia (suatu keadaan kadar asam urat di dalam darah meningkat melebihi nilai normal) dengan penurunan ekskresi asam urat (Tatiratu 2009).
Etiologi
Umumnya, penyakit asam urat dapat disebabkan oleh penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin B12), obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi, dan diabetes. Khusus, pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi (Jingga 2008) .
Patofisiologi

Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut. Tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Cepat menghilang dan penderita menduga kakinya keseleo sehingga tidak menduga terkena penyakit gout sehingga tidak melakukan pemeriksaan lanjutan. Penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan.
Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal. Penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout.
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak. Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronil bertofus. tahap ini terjadi bila penderita sakit telah menderita selama 10 tahun atau lebih. penderita akan memiliki benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang sekitarnya (Hartono 2006).
Gejala
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Umumnya, persendian akan mengalami kesemutan, linu, dan nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur. Seiring berjalannya waktu serangan gout artritis akan timbul lebih sering dan lebih lama. Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu ginjal. Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak nyeri di sekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di sekitar jari tangan, di ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat ditemukan juga pada daun telinga, tendon achiles (daerah belakang pergelangan kaki) dan pita suara (sangat jarang terjadi) (Jingga 2008).
Pengaturan Diet
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin tinggi. Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:
Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk mengonsmsi bahan makanan golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta disarankan untuk banyak minum air putih (Almatsier 2006).
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit asam urat yaitu,

Syok Anafilaktik

Definisi
Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok anafilaktik(= shock anafilactic ) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis.

Patofisiologi

Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipesegera (Immediate type reaction).
Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
Fase Sensitisasi Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap oleh Makrofag.
Makrofag segera mempresen-tasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL-4, IL-13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit).
Sel plasma memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut. Ig E ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
Fase Aktivasi Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama. Mastosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang . Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah Preformed mediators.
Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT) dan Prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang disebut Newly formed mediators. Fase Efektor Adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek bronchospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan bronchokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien.

Gejala klinis

Anafilaksis merupakan reaksi sistemik, gejala yang timbul juga menyeluruh.
Gejala permulaan: Sakit Kepala, Pusing, Gatal dan perasaan panas Sistem Organ Gejala Kulit Eritema, urticaria, angoedema, conjunctivitis, pallor dan kadang cyanosis Respirasi Bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, nafas cepatdan pendek, terasa tercekik karena edema epiglotis, stridor, serak, suara hilang, wheezing, dan obstruksi komplit. Cardiovaskular Hipotensi, diaphoresis, kabur pandangan, sincope, aritmia dan hipoksia Gastrintestinal Mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia, inkontinensia urin SSP, Parestesia, konvulsi dan kom Sendi Arthralgia Haematologi darah, trombositopenia, DIC

Diagnosis

Anamnesis Mendapatkan zat penyebab anafilaksis (injeksi, minum obat, disengat hewan, makan sesuatu atau setelah test kulit ) Timbul biduran mendadak, gatal dikulit, suara parau sesak ,sekarnafas, lemas, pusing, mual,muntah sakit perut setelah terpapar sesuatu.
Fisik diagnostik Keadaan umum : baik sampai buruk Kesadaran Composmentis sampai Koma Tensi : Hipotensi, Nadi:Tachycardi, Nafas : Kepala dan leher : cyanosis, dispneu, conjunctivitis, lacrimasi, edema periorbita, perioral, rhinitis Thorax aritmia sampai arrest Pulmo Bronkospasme, stridor, rhonki dan wheezing, Abdomen : Nyeri tekan, BU meningkat Ekstremitas : Urticaria, Edema ekstremitas Pemeriksaan Tambahan Hematologi : Hitung sel meningkat Hemokonsentrasi, trombositopenia eosinophilia naik/ normal / turun. X foto : Hiperinflasi dengan atau tanpa atelektasis karena mukus plug, EKG : Gangguan konduksi, atrial dan ventrikular disritmia, Kimia meningkat, sereum triptaase meningkat
Penatalaksanaan dan Management syok anafilaktik
- Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis
- Torniquet, pasang torniquet di bagian proksimal daerah masuknya obat atau sengatan hewan
longgarkan 1-2 menitn tiap 10 menit.
- Posisi, tidurkan dengan posisi Trandelenberg, kaki lebih tinggi dari kepala (posisi shock)
dengan alas keras.
- Bebaskan airway, bila obstruksi intubasi-cricotyrotomi-tracheostomi
- Berikan oksigen, melalui hidung atau mulut 5-10 liter /menit bila tidak bia persiapkandari
mulut kemulut
- Pasang cathether intra vena (infus) dengan cairan elektrolit seimbang atau Nacl fisiologis,
0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa) monitoring dengan Tensi dan produksi urine
- Pertahankan tekanan darah sistole >100mmHg diberikan 2-3L/m2 luas tubuh /24 jam
Bila 100 mmHg 500 cc/ 1 Jam
- Bila perlu pasang CVP
Medikamentosa I.
Adrenalin 1:1000, 0,3 –0,5 ml SC/IM lengan atas , paha, sekitar lesi pada venom, Dapat diulang 2-3 x dengan selang waktu 15-30 menit, Pemberian IV pada stadium terminal /pemberian dengan dosis1 ml gagal , 1:1000 dilarutkan dalam 9 ml garam faali diberikan 1-2 ml selama 5-20 menit (anak 0,1 cc/kg BB)
Medikamentosa II.
Diphenhidramin IV pelan (+ 20 detik ) ,IM atau PO (1-2 mg/kg BB) sampai 50 mg dosis tunggal, PO dapat dilanjutkan tiap 6 jam selama 48 jam, bila tetap sesak + hipotensi segera rujuk, (anak :1-2 mg /kgBB/ IV) maximal 200mg IV
Medikamentosa III.
Aminophilin, bila ada spasme bronchus beri 4-6 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 ml garam faali atau D5, IV selama 20 menit dilanjutkan 0,2 –1,2 mg/kg/jam IV. Corticosteroid 5-20 mg/kg BB dilanjutkan 2-5 mg/kg selama 4-6 jam, pemberian selama 72 jam .Hidrocortison IV, beri cimetidin 300mg setelah 3-5 menit Monitoring
Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaan fungsi membaik
- Klinis : keadaan umum, kesadaran, vital sign, produksi urine dan keluhan
- Darah : Gas darah
- EKG Komplikasi (Penyulit) Kematian karena edema laring , gagal nafas, syok dan cardiac
arrest. Kerusakan otak permanen karena syok dan gangguan cardiovaskuler. Urtikaria dan
angoioedema menetap sampai beberapa bulan, Myocard infark, aborsi dan gagal ginjal juga
pernah dilaporkan.

Prevensi (Pencegahan)

- Mencegah reaksi ulang
- Anamnesa penyakit alergi px sebelum terapi diberikan (obat,makanan,atopik)
- Lakukan skin test bila perlu
- Encerkan obat bila pemberian dengan SC/ID/IM/IV dan observasi selama pemberian
- Catat obat px pada status yang menyebabkan alergi
- Hindari obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik.
- Desensitisasi alergen spesifik
- Edukasi px supaya menghindari makanan atau obat yang menyebabkan alergi
- Bersiaga selalu bila melakukan injeksi dengan emergency kit Prognosis Bila penanganan cepat,
klinis masih ringan dapat membaik dan tertolong

LP Luka Bakar

Diagnosa Medis : Combustio Grad I-II 20 %
I.Kasus ( Masalah Utama )
Keluhan Utama : Klien mengeluh kulitnya tersiram air panas kulit terkelupas dan terasa nyeri
Masalah Utama : Nyeri

II.Proses Terjadinya Masalah
Nyeri pada klien yang mengalami luka bakar terjadi karena trauma thermal pada kulit menyebabkan kerusakan integritas kulit, sehingga akan timbul respons tubuh terhadap stimulus tersebut dengan mengeluarkan mediator nyeri seperti histamin, bradikinin ,prostaglandin, serotinin. Mediator nyeri akan merangsang reseptor nyeri yang terdapat di ujung serabut syaraf di permukaan kulit, selanjutnya dialirkan melalui sumsum tulang belakang ke thalamus kemudian kepusat nyeri di cortex cerebri maka akan dirasakan nyeri.
Dampak dari nyeri akan terjadi gangguan pergerakan sehingga terganggu mobilitas fisik., Rusaknya integritas kulit akan hilang lapisan pelindung kulit dan beresiko terjadinya infeksi juga akan terjadi perpindahan cairan intravaskuler kerongga intertisial dan hilangnya cairan secara evaporasi.untuk mencukupi kebutuhan gizi dalam proses penyembuhan dan pembentukan lapisan kulit baru dibutuhkan protein dan kabohidrat yang tinggi

III. Pohon Masalah

Gangguan mobiltas fisik ( 4 )

Gangguan pergerakan

Nyeri ( 1 )

Rusak Ujung Syaraf

Kerusakan integritas kulit

Trauma Thermal

IV.Masalah Keperawatan dan data penunjang
1.Nyeri
Ds. Klien mengatakan sakit dan susah tidur dan tidak nafsu makan
Do. Ekpresi wajah meringis, gelisah, rewel, Peningkatan frekwensi nadi, tekanan darah, respirasi, Melindungi bagian yang sakit, Insomnia, anoreksia
2.Kerusakan integritas kulit
Ds. Klien mengatakan tubuhnya mengelupas, melepuh
Do.Kulit tampak mengelupas, melepuh, berwarna putih, hitam dan kemerahan
3.Kekurangan Volume cairan
Ds. Klien mengatakan mulut kering, haus
Do. Membran mukosa kering,Turgor kulit jelek, Urine berwarna kuning pucat, Tanda – tanda vital., nadi, respirasi, suhu
4.Resiko infeksi
Ds. Klien mengatakan badan panas, luka bertambah sakit bau
Do. Suhu sub febris
Luka basah bau dan hiperemis.
5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ds. Klien mengatakan badan lemas dan lapar
Do. Luas luka bakar, Kadar protein total dalam darah, Kadar albumin dalam darah

V.Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri berhubungan dengan trauma thermal
2.Kerusakan integritas kulit b.d trauma thermal
3.resiko defisit volume cairan b.d perpindahan cairan dari intravaskuler ke rongga intertisial
4.Resiko terjadinya Infeksi b.d hilangnya lapisan pelindung kulit
5.Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d proses penyembuhan luka
VI.Rencana Tindakan
dx:
Nyeri b.d trauma thermal

Tupan
Nyeri hilang

Tupen
Luka bakar sembuh

kriteria
 Klien mengatakan nyeri kurang s/d hilang
 Ekspresi wajah tenang skala nyeri 0-1 ( RS 0-10 )

tindakan
 Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri 0-10
 Ajarkan teknik relaksasi
 Ajarkan tehnik distraksi
 Hati-hati dalam perawatan luka
- Basahi balutan yang menempel pada luka
- Kurangi waktu pemajanan selama tindakan
- Atur posisi yang tepat
 Kolaborasi pemberian anlagetik dosis tinggi

Anemia

Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
Salah satu gejala penyakit anemia adalah tubuh merasa lemas dan cepat lelah. Pencegahan dini dan makan obat anemia tentu adalah langkah bijak sebelum anemia Anda makin bertambah.

Dalam kondisi normal, butir-butir darah merah mengandung hemoglobin, yaitu sel darah merah yang bertugas membawa oksigen serta nutrisi ke otak dan ke berbagai jaringan dan organ tubuh.

Saat seseorang menderita anemia, maka jumlah sel darah merah secara keseluruhan atau jumlah hemoglobin dalam darah merah berkurang. Kondisi ini berdampak pada penurunan kemampuan sel darah merah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Akibatnya, tubuh kurang mendapat pasokan oksigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah.

Penyebab Anemia
Penyebab utama seseorang mengalami anemia, adalah kekurangan zat besi. Kondisi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui beberapa tahapan. Mula-mula, simpanan zat besi dalam tubuh menurun, hingga mengurangi produksi hemoglobin dan sel darah merah secara perlahan.

Pada anak-anak, anemia terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau pun disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Selain kekurangan zat besi, masih ada 2 jenis lagi anemia yang sering terjadi pada anak-anak:

1. Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah (pada sumsum tulang belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu.
2. Haemolytic anemia, yang terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab haemolytic anemia ini bermacam-macam, bisa bawaan seperti thalasemia sickle cell anemia. Pada kasus lain, seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak oleh antibodi tubuh.

Gejala Anemia
Keletihan, mudah lelah bila berolahraga, sulit konsentrasi, atau mudah lupa.
Warna kulit dan bagian putih kornea mata tampak kekuning-kuningan, dan nyeri tulang.

Pencegahan Anemia
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan.
Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.

Obat Anemia
60 gram daun bayam merah direbus dengan air secukupnya, tambahkan 1 kuning telur ayam kampung kemudian dimakan.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari atau
Hati ayam secukupnya dan 10 butir angco direbus/ditim kemudian dimakan.
Pemakaian : Konsumsi secara teratur 2 kali sehari

mengenal diabetes

Ketika para diabetesein terserang penyakit, kadar glukosa pada darahnya akan meningkat dari biasanya sekalipun ia tidak makan.
Hal tersebut disebabkan karena efektifitas hormon insulin berkurang ketika tubuh dalam kondisi sakit. Sedangkan hati menghasilkan glukosa sekalipun tidak makan.
Hormon insulin berperan penting dalam terjadinya proses perpindahan glukosa dari darah ke dalam sel tubuh . Di dalam sel tubuh glukosa kemudian dimetabolismekan sehingga menghasilkan kalori (energi).
Menurunnya efektifitas hormon insulin mengakibatkan menurun pula kadar glukosa yang masuk ke dalam sel. Akibatnya sel tubuh kekurangan glukosa dan berusaha mendapatkan kalori dari pemecahan lemak. Pemecahan lemak akan menghasilkan benda keton yang dapat mengakibatkan terjadinya ketoasidosis.
Hormon-hormon yang diproduksi tubuh saat sakit selain membantu mengatasi penyakit (stres fisik) juga memiliki efek samping meningkatkan kadar glukosa pada darah. Stres emosional dan pembedahan juga mempengaruhi kadar glukosa darah.
Oleh karena itu, ketika diabetesein mudah kehilangan kontrol glukosa darah sehingga membutuhkan perawatan khusus.

Yang Harus Dilakukan Ketika Diabetesein Sedang Sakit:

1.Periksa glukosa pada darah lebih sering dari biasanya, jika perlu lakukan setiap 4 jam sekali.
2.Lakukan pemeriksaan keton urin, khususnya jika glukosa darah lebih dari 240 mg/dL.
3.Gunakan insulin / obat hipoglikemik oral sesuai dengan program selama sakit sekalipun diabetesein tidak makan. Penting untuk diingat, waktu, dosis, dan reaksi obat. Hasil catatan akan sangat bermanfaat untuk keperluan penanganan medis lanjutan.
4.Segera ke dokter untuk mengobati penyakit.
5.Jika memungkinkan tetap makan teratur.
6.Bila terjadi gejala mual dan muntah, cobalah untuk mengonsumsi makanan yang lunak atau cair dalam porsi kecil tetapi sering namun jumlah kalori totalnya sama seperti biasa. Cobalah minum 400cc cairan tiap 1 jam misalnya the, jus buah, atau minuman soda diet.
7.Minum banyak cairan bebas kafein tiap jam untuk mencegah kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Minum sedikit demi sedikit secara perlahan akan membantu jika terdapat rasa sakit pada bagian lambung (ulu hati).
8.Periksa suhu tubuh 4 kali sehari bila tubuh lebih terasa hangat dari biasanya (demam).
9.Istirahat dan jangan melakukan aktifitas olahraga selama sakit.
10.Simpan daftar nomer telepon untuk menghubungi dokter, perawat, rumah sakit, dan ambulans.
11.Cari pertolongan medis jika penyakit tidak bisa diatasi atau bertambah parah.

Wajib Menghubungi Tenaga Kesehatan Jika..

1.Tidak dapat makan sesuai perencanaan makan yang teratur selasma lebih dari 8 jam.
2.Hasil pemeriksaan glukosa darah di atas 250 mg/dL selama 2 hari berturut-turut.
3.Kadar glukosa darah turun di bawah 70 g/dL lebih dari 1 kali selama sakit dan ada gejala hipoglikemia kadar glukosa pada darah di bawah normal.
4.Muntah dengan interval 2 kali atau lebih dalam 4 jam, atau diare terus menerus.
5.Sakit perut yang tiba-tiba.
6.Pada diabetesein Diabetes Melitus tipe 1 ditemukan kadar keton urin cukup besar.
7.Kesulitan bernafas atau sesak nafas. Yang merupakan salah satu gejala yang menunjukkan terlalu banyak keton di dalam darah.
8.Mengalami gejala infeksi lebih dari 2 hari : demam (390C) yang diiringi sakit kepala serta menggigil.
9.Mulai bersugesti untuk merubah dosis suntikan hormon insulin selama sakit.

Informasikan Kepada Petugas Kesehatan Mengenai..

1.Lama sakit dan lama tidak makan dari yang seperti biasanya.
2.Kapan dan berapa dosis suntikan hormon insulin atau obat hipoglikemik oral yang terakhir diberikan.
3.Kadar glukosa pada darah 24 jam terakhir.
4.Hasil pemeriksaan keton urin.
5.Kondisi Suhu Tubuh.
6.Frekuensi diare dan muntah.
7.Makanan dan minuman yang dikonsumsi ketika sakit.
8.Obat yang digunakan untuk mengatasi sakit.

Obat-obat yang Boleh Digunakan Saat Sakit
Hindari obat-obat yang memiliki efek samping meningkatkan atau menurunkan kadar glukosa pada darah. Hubungi dokter sebelumnya untuk menggunakan obat-obatan tersebut.[]

Tulisan ini ditujukan bagi para penedrita diabetes..tulisan ini terinspirasi dari ayah saya sendiri yang terkena penyakit gula, penderita diabetes dibatasi masalah makanan (banyak pantangannya)…banyak para penderita diabetes yang belum tau apa saja makanan yang dijadikan pantangan..dan makanan apa saja yang dianjurkan untuk dikonsumsi…???
Diabetes, sering disebut penyakit gula berawal dari berkurangnya hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Insulin bertugas mengatur pemakaian gula dalam tubuh, termasuk mengatur jumlah gula dalam hati untuk menghasilkan tenaga.
Penderita diabetes dianjurkan untuk mengurangi/membatasi jumlah asupan karbohidrat. Bahan makanan yang dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain: rumput laut, temulawak, beras merah, pare, labu kuning, kangkung, wortel, jamur hioko, jus kentang, ubi, dan sup bening. Buah-buahan yang baik untuk penderita diabetes adalah buah-buahan yang berkalori rendah seperti: mentimun, buah pir, buah persik, dan melon.
Penderita diabetes harus membatasi makanan-makanan yang dapat memicu naiknya kadar gula dalam darah, seperti: permen, biskuit, roti, tepung, manisan, kentang, buah-buahan kering, kuah daging, kismis, mentega, keju, coklat, hati goreng, mayones, susu kental, minyak zaitun, panekuk, minuman ringan/bersoda, minuman keras, puding, anggur, kurma, donat, aneka keripik, dan daging.